Cerita untuk anak yang lebih tua tentang cinta, kebaikan, toleransi, dan pengampunan.
0 Comments
Berilustrasi buku devosional untuk mengajarkan anak-anak berusia 4 tahun ke atas tentang nilai-nilai moral. "Amsal untuk anak-anak" akan memenangkan hati anak-anak dan juga orang tua.
Klik di sini untuk mengunduh ebook gratis (epub / mobi)
Oleh Elsa Sichrovsky
Biasanya menganggap diri saya orang yang pemaaf dan “baik”, tetapi saya memiliki pengalaman sewaktu pada semester ke empat di perguruan tinggi yang menguji kemampuan saya untuk memaafkan. Matt, teman sekelas dan saya dipasangkan untuk melakukan presentasi tentang sastra Inggris modern, dan sedari awal Matt menjengkelkan saya. Kebiasaan kerja saya yang aneh dan menuntut bertentangan dengan cara pendekatan spontan Matt terhadap proyek tersebut. Dia sering terlambat untuk diskusi yang dijadwalkan, dan terus-menerus mengabaikan detail yang saya rasa penting. Yang paling parah, dia juga sering terlambat menyelesaikan tugasnya untuk proyek kami, terlepas dari bertubi-tubi sms yang saya kirim. Hanya tiga hari sebelum presentasi, saya sadar bahwa Matt belum menyelesaikan bagian terakhir yang merupakan tanggung jawabnya, dan saya tidak dapat menghubunginya. Matt akhirnya mengunggah kesimpulan yang tergesa-gesa hanya beberapa jam sebelum tenggat waktu, meminta maaf dan menjelaskan bahwa dia sibuk dengan tugas lain. Seperti ekspektansi saya, presentasi kami gagal memuaskan profesor, dan sementara profesor merinci banyak kegagalan tim kami, saya terbakar karena dendam terhadap Matt. Tetapi sepertinya dia tidak terlalu terganggu, dan saya mendengar dari seorang teman bahwa dia merasa telah melakukan perannya dengan baik. Karena tidak ada kepuasan dalam menghina seseorang yang tidak merasa telah berbuat kesalahan, saya tetap bersikap sopan dan mengucapkan selamat kepada diri sendiri karena begitu murah hati terhadap seseorang yang begitu tidak layak. Dua bulan kemudian, di kelas lain, saya dipasangkan dengan Celine untuk melakukan presentasi tentang tata bahasa Jepang. Saya percaya bahwa saya telah melakukan yang terbaik untuk mempersiapkan diri, namun menjadi jelas selama T & J bahwa saya sama sekali salah memahami beberapa konsep yang menjadi presentasi kami, dan tim kami kembali mendapat nilai buruk. Ekspektansi saya Celine akan merasa kesal, karena itu memang kesalahan saya, tetapi sebaliknya, dia menghibur dan membantu saya melakukan penyesuaian yang diperlukan pada versi terakhir. Sikap Celine yang serta merta memaafkan memicu introspeksi diri, karena tanggapannya terhadap kegagalan saya kontras dengan kebencian saya terhadap Matt.
Berpikir selama beberapa minggu terakhir ini, saya sadar saya belum benar-benar memaafkan Matt dan tidak dapat menahan diri untuk tidak berkomentar dengan nada menghina tentang dia kepada teman-teman. Sementara Matt terlambat dan bahkan mungkin tidak tertarik, jelas sekali bahwa saya kemungkinan juga bisa merupakan mahasiswa yang ceroboh yang menyebabkan tim gagal. Saya dulu menganggap diri saya toleran dan penuh belas kasihan, tetapi tanggapan saya terhadap Matt menunjukkan hal yang sebaliknya. Meskipun saya tidak pantas mendapat belas kasihan, Celine telah memberikannya kepada saya dengan bebas dan tanpa merendahkan. Saya berdoa semoga melalui pengalaman ini, saya bisa mendapatkan sebagian dari semangat spiritualitas yang penuh kasih dan rendah hati yang timbul karena tahu bahwa kita semua adalah manusia yang bisa berbuat salah yang membutuhkan pengampunan dari orang-orang yang ada di sekitar kita.
Art © TFI. Cerita dari majalah Berkobar.
Karya sastra klasik karangan Victor Hugo Les Misérables mengisahkan cerita tentang Jean Valjean, yang sudah jatuh tertimpa tangga oleh karena satu keputusan yang diambilnya ketika mencuri sebatang roti untuk memberi makan keponakannya yang kelaparan. Sebagai konsekwensi, dia melewatkan 19 tahun berikutnya di dalam penjara yang terkenal, Bagne di Toulon. Kesulitan mendapat pekerjaan setelah keluar dari penjara karena mantan narapidana, Valjean memohon di rumah pastori uskup Digne, yang kemudian memberinya makan dan mengizinkannya menginap semalam. Namun Valjean, karena merasa sangat putus asa akan apa yang nampaknya masa depan yang gelap, terjatuh ke dalam pencobaan, mencuri beberapa kerajinan perak sang uskup, dan melarikan diri di tengah malam.
Dia belum pergi jauh ketika ia tertangkap dan dibawa kembali ke rumah sang uskup. Menyadari apa yang akan menimpa Valjean jika dia diadili untuk yang kedua kalinya, uskup yang baik hati itu mengambil peluang akan Valjean dan mengatakan kepada polisi, “Saya memberikan kerajinan perak itu kepadanya.”
Valjean terbebas dari konsekwensi hukum karena perbuatannya, tetapi belum terbebas dari kebiasaan buruknya. Setelah dia mencuri lagi, dia terdesak untuk mengambil keputusan lagi, dan kali ini dia bertobat, dan sejak saat itu dia berubah. Dia melalui pergolakan dan menghadapi banyak keputusan yang sulit di tahun-tahun yang berikutnya, tetapi dia tetap bertahan di jalan yang baru yang dijalankannya dengan pertolongan Tuhan.
Les Misérables adalah gambaran yang menyentuh tentang kuasa kasih Tuhan yang membawa penebusan, tetapi juga mengilustrasikan bagaimana hidup kita dibentuk oleh keputusan-keputusan kita. Bahkan apa yang nampaknya seperti keputusan kecil dapat mempunyai pengaruh yang sangat besar. Bagaimana kita dapat memastikan bahwa kita mengambil keputusan yang benar? Satu-satunya cara adalah dengan mengikut-sertakan Tuhan di dalam proses pengambilan keputusan, sebab hanya Dia saja yang tahu yang terbaik. Dia berkeinginan untuk melihat kita mengambil pilihan yang baik dan selalu ada untuk mendukung kita sewaktu kita melakukannya. Keputusan yang paling cerdik yang dapat kita lakukan adalah meminta pertolongan-Nya. Story from of Activated magazine. Used by permission. Images courtesy of http://lesmiserablesshoujocosette.wikia.com/wiki/The_Silver_Candlesticks.
Courtesy of My Wonder Studio. Used by permission.
Courtesy of My Wonder Studio
|
Categories
All
Archives
May 2024
|