“Ayah! Ayah!” James berseru-seru. “Ada api di padang rumput belakang rumah, dan angin meniupnya ke arah kandang ayam dan lumbung!”
“Ya, ayah juga melihatnya!” jawab ayahnya sambil berlari menuju ke kolam membawa beberapa ember kosong. “Ayah akan memanggil tetangga untuk membantu. Kita akan memadamkannya sebelum merambat ke mana-mana.” Api semakin besar dan mendekati pagar yang mengelilingi tanah milik keluarga James. Angin meniup percikan api ke arah rumah mereka.
Di luar kandang ayam, sekelompok anak ayam berkumpul mengelilingi induknya.
“Ibu aku takut!” seru salah seekor anak ayam. “Makin panas di sini dan asap membuat mataku perih,” kata seekor anak ayam yang lain. Induk ayam tahu dia tidak boleh memperlihatkan ketakutannya, tetapi api semakin dekat. Dia tidak melihat ada jalan keluar sehingga keluarganya bisa selamat. “Mendekatlah anak-anakku,” perintahnya, “dan jangan takut. Duduklah di bawah naungan sayap ibumu dan ibu akan melindungi kalian semua dari api yang panas.” “Terima kasih Ibu,” salah seekor anak ayam menjawab. “Kami merasa sangat aman di bawah sayap Ibu.” *** “Nah selesai!” ayah James akhirnya berkata sambil mengusap dahinya dengan handuk basah. “Kita sudah memadamkan apinya. Syukur kepada Tuhan!” “Itu apa ya…,” kata James sambil berjalan menuju ke onggokkan berasap tak jauh dari tempatnya tadi berdiri. Dibalikannya onggokkan itu dengan kakinya. “Astaga!” seru James ketika enam ekor anak ayam berlari-lari keluar dari onggokkan yang berasap itu. “Induk ayam milik kita! Dia memberikan nyawanya agar anak-anaknya selamat!” Airmata James berlinang sewaktu dia menatap bangkai induk ayam itu.
“Ya,” kata ayahnya. “Dia memberikan nyawanya untuk menyelamatkan anak-anaknya, persis seperti Yesus memberikan hidup-Nya untuk menyelamatkan kita. Dia menderita kematian yang kejam di atas kayu salib sehingga kita bisa diselamatkan.” Ayah merangkul pundak James. “Dan sekarang barangsiapa mau meminta Yesus untuk masuk ke dalam hidupnya akan diselamatkan. Yesus mati untuk menebus dosa-dosa kita, sehingga kita tidak harus melakukannya.”
“Tuhan Yesus,” James berdoa, “terima kasih Engkau telah memperlihatkan betapa besar kasih-Mu untuk kami melalui teladan dari induk ayam ini, yang telah menyerahkan nyawanya untuk anak-anaknya, persis seperti yang Engkau lakukan bertahun-tahun yang lalu. Terima kasih Yesus Engkau begitu mengasihi kami.” "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yohanes 15:13). Courtesy of My Wonder Studio.
0 Comments
Genius dalam hal mobil Henry Ford pernah memiliki rencana revolusioner untuk jenis mesin baru yang kita kenal sekarang sebagai V-8. Ford sangat ingin memproduksi ide barunya itu. Dia memerintahkan beberapa orang untuk membuat rencananya, dan menyajikannya kepada para montir. Ketika para montir mempelajari gambar-gambar itu, satu demi satu mereka sampai pada kesimpulan yang sama. Atasan mereka yang visioner sama sekali tidak tahu banyak tentang prinsip dasar teknik. Dia harus diberitahu dengan lemah lembut—impiannya mustahil dilakukan. Ford berkata, “Buatlah produksinya.” Mereka menjawab, “Tetapi ini mustahil.” “Lanjutkanlah,” Ford memerintahkan, “dan tetaplah bekerja hingga kamu berhasil, tanpa mempedulikan berapa lama waktu yang diperlukan.” Selama enam bulan mereka bergumul dengan gambar demi gambar, rancangan demi rancangan. Nihil. Enam bulan lagi. Nihil. Di akhir tahun Ford bertanya kepada para montirnya dan mereka sekali lagi mengtakan bahwa itu mustahil. Ford menyuruh mereka untuk melanjutkannya. Mereka mengerjakannya. Dan mereka menemukan cara menciptakan mesin V-8. Apabila kita tidak menyerah, segala sesuatu mungkin. |
Categories
All
Archives
January 2025
|