0 Comments
Bayangkanlah seorang pengelana, duduk diam-diam di perahu yang melaju di sungai yang berkelok-kelok melalui lembah hijau. Pohon dan semak belukar, ada yang berbunga, memenuhi tepian sungai. Puncak gunung yang anggun berselimutkan salju di kejauhan. Namun pengelana ini tidak menyadari keindahan yang ada di sekitarnya; sebab ia terlalu sibuk mempelajari buku panduannya, mempelajari sejarah dari daerah di mana ia berada dan ke mana sungai itu akan membawanya.
“Lihatlah! Anda tidak melihat kecantikan alam!” Kami berseru kepadanya, tetapi tidak berhasil. Dia terus saja membaca, dengan kepala yang tertunduk dan pikirannya menerawang ke mana-mana. Ada masanya kita harus mempelajari buku panduan, namun ada pula waktu di mana kita harus mengingat masa lalu atau masa depan, tetapi ada pula waktu di mana kita harus berhenti dan menikmati momen-momen itu.
Minggu depan, ambillah waktu lima atau sepuluh menit setiap hari untuk mengamat-amati dunia di sekitar Anda. Tempatkan perhatian pada awan putih yang bagaikan kapas itu seraya awan-awan itu melayang-layang menyeberangi langit biru. Pelajarilah rancangan yang rumit dari kelopak bunga, atau guratan pada batang pohon, atau pola sekawanan burung yang terbang. Carilah sesuatu yang berbeda setiap hari, dan ucapkanlah syukur kepada Tuhan atas kreativitas-Nya.
Adapted from My Wonder Studio.
Pendongeng terkenal Juha menceritakan bagaimana suatu hari terlepas dari kesulitan karena kematian keledainya, musim kering yang berkepanjangan, dan harga-harga naik, dia bertekad untuk bersyukur kepada Tuhan apa pun yang terjadi. Ujian segera datang, ketika dia sedang mencangkul di kebunnya dan duri menembus sepatunya dan menusuk kakinya. Setelah melompat-lompat dengan satu kaki saat dia berteriak kesakitan, dia ingat. Terima kasih, Tuhan, bahwa yang rusak adalah sepatu saya yang lama, dan bukan yang baru. Ketika dia melanjutkan mencangkul kebunnya, datang badai pasir dan dia jatuh tergeletak. Setelah reda, pikirnya, alhamdulillah badai pasir sangat jarang terjadi! ![]()
Sebelum melanjutkan mencangkul, dia meletakkan dompetnya, yang berisi koin tabungannya untuk membeli keledai baru. Seorang pencuri yang lewat mencuri dompet itu, dan meskipun dia berusaha keras mengejarnya, Juha tidak dapat menangkap pencuri itu. Terengah-engah, dia bertanya pada dirinya sendiri, Apa yang bisa saya syukuri sekarang? Dia tidak punya jawaban, dan kembali mencangkul.
Tak lama kemudian seorang pelaut mendekat dan berkata, “Dulu saya murid bapak sampai saya bergabung menjadi anak buah kapal. Ketika kami berada dalam bahaya yang mengerikan dengan gelombang besar yang mengancam akan menenggelamkan kapal kami, saya ingat bahwa bapak mengajari kami untuk bersyukur dalam situasi apa pun. Saya melakukannya, dan saya benar-benar bersyukur bahwa hidup saya diselamatkan. Sekarang saya ingin memberi hadiah untuk bapak sebagai tanda terima kasih.” Membuka pemberian itu, Juha mendapati hadiahnya berupa uang yang jumlahnya persis sama dengan jumlah koin yang dibawa lari pencuri. Uang saya hilang dan saya memperolehnya kembali di hari yang sama! Sungguh luar biasa! Allah memang baik! Hidup tidak selalu berjalan mulus. Kita semua memiliki persoalan, dan pernah melakukan apa yang kita harap bisa kita lakukan lagi atau batalkan sama sekali. Kita semua mengalami perasaan sakit, kekecewaan, dan bahkan kegagalan. Tetapi kita tidak boleh membiarkan hal-hal ini menghentikan kita dari menghitung berkat, menghargai apa yang kita miliki, dan melangkah maju menyongsong hari.
|
Categories
All
Archives
April 2025
|