![]()
Selama Perang Dunia 2, Tomas ditangkap oleh balatentara Itali, dan beserta rekan-rekan sesama serdadu dia dibawa ke Italia. Para serdadu yang menawan mereka memamerkan tawanan di jalan-jalan dan berbuat sebisa mungkin untuk menghina para tawanan. Orang-orang yang berlalu lalang turut bergabung, mengejek para tawanan, meludahi, dan melepaskan amarah serta kebencian.
Tiba-tiba, dari kerumunan orang yang mencemooh itu, “seorang gadis kecil maju ke muka, menempatkan buah persik ke dalam tangan saya, kemudian pergi berlari sebelum saya sempat mengucapkan terima kasih,” Tomas itu melanjutkan. “Itu adalah buah persik yang paling enak yang pernah saya makan.” ![]()
Veteran itu sudah berusia tujuhpuluhan, tetapi matanya bersinar-sinar ketika ia mengisahkan cerita tentang gadis kecil bangsa Italia yang telah memperlihatkan kebaikan hati kepadanya ketika masa-masa penuh kebencian yang mendalam dan permusuhkan antara kedua negara yang berperang itu. Ketika saat-saat di mana dia merasa dipermalukan dan patah semangat, gadis yang tidak diketahui namanya itu menentang tekanan sosial dan menjangkau dengan pemberian kasih sayang yang sederhana namun tulus. Ia melihat melampaui statusnya sebagai seorang prajurit dari negara musuh dan melihatnya sebagai seseorang yang terluka yang memerlukan kebaikan hati. Ia tidak pernah melupakan buah persik itu di sepanjang masa-masa sulit setelah itu ketika perlahan-lahan perang mulai berakhir, dan setelah itu manakala dia membutuhkan kekuatan untuk bertahan akan pengharapan, untuk meninggalkan kepedihan dan kesakitan, dan memulai hidup yang baru.
Gadis itu mungkin tidak banyak berpikir tentang pemberiannya; lagi pula itu “hanyalah” buah persik. Ia mungkin tidak pernah mengira bahwa prajurit itu akan mengenang kebaikan hatinya di sepanjang hidupnya, dan kisah itu akan ditampilkan dalam film dokumenter yang mungkin telah memberi inspirasi kepada orang lain yang meneruskan cerita ini. ![]()
Semoga kita membawakan damai sejahtera dengan berbagi “buah persik” kasih dan belas kasihan, bahkan jika itu beresiko atau tidak biasa, sebab “buah”— jiwa yang lelah dikuatkan, hati yang sedih menjadi gembira, yang kesepian dikasihi—sepadan dengan harga yang harus dibayar.
__________________________________________ Story adapted from Activated magazine; used by permission. Photo credits: Image 1: National Geographic; used under Fair Use guidelines. Image 2: Patrick via Flickr; used under Creative Commons-Attribution-Non Commercial license. Image 3: Microsoft Clipart
0 Comments
Prinsip Kristen untuk Anak-anak.
Cerita Alkitab untuk anak-anak.
|
Categories
All
Archives
March 2023
|